Puanna Dekke adalah bangsawan dan pedagang Bugis asal Wajo, Sulawesi Selatan, yang merantau ke Kalimantan pascakonflik politik di sana. Karena masih dalam wilayah Kerajaan Banjar, Puanna Dekke harus menghadap Panembahan Kaharuddin Halilullah di Martapura, ibu kota Kerajaan BanjarPanembahan setuju orang Bugis membuka daerah Pagatan dengan dua syarat. Pertama, Puanna Dekke menanamkan investasi pembangunan permukiman baru di atas lahan hutan belantara. Kedua, Puanna Dekke dapat menjamin keamanan perairan di Muara Pagatan yang sering digunakan sebagai markas bajak laut.
Jika setuju, sultan mempersilakan orang Bugis menempati daerah Pagatan yang dapat diwariskan kepada anak cucunya. “Puana Dekke pun menyanggupinya,”
Kendati berandil besar sebagai pionir, Puanna Dekke tak mau menjadi raja.kemungkinan karena ia hanya keturunan bangsawan menengah dari Wajo. Ia pun mengundang saudaranya, Pua Janggo dan La Pagala dari Kalimantan Barat.
Hingga diputuskan, La Pangewa, cucu Puanna Dekke yang masih keturunan raja di tanah Bugis, diangkat menjadi raja Pagatan pertama. Setelah dikhitan dan dikawinkan, La Pangewa pun dinobatkan sebagai raja. Tapi saat itu, ia masih belia. Jadi pemerintahan sementara dipercaya kepada pamannya, Raja Balo. “Sambil mendidik dan membimbing La Pangewa menjadi pemimpin setelah dewasa.